🫎 Belanda Pernah Melakukan Politik Adu Domba Di Nusantara Yaitu Antara

Politikdevide et impera atau politik adu domba merupakan sebuah strategi yang dilakukan oleh Belanda yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan. Belanda beranggapan bahwa masyarakat Indonesia dapat dikalahkan salah satunya adalah dengan cara memecah belah masyarakatnya. Playthis game to review Social Studies. Bangsa asing pertama yang tiba di Indonesia adalah. Preview this quiz on Quizizz. Bangsa asing pertama yang tiba di Indonesia adalah. IPS Kelas 5 SD. DRAFT. 5th grade. 0 times. Social Studies. 0% average accuracy. 13 hours ago. ohanyfh. 0. Save. Edit. Edit. IPS Kelas 5 SD DRAFT. Terkhususdi Nusantara, Politik Adu Domba banyak dilakukan oleh Belanda atau VOC untuk memecah belah antara kerajaan yang bertetangga, memecah belah seorang raja dengan putra-putranya, memecah belah kerajaan yang berdaulat menjadi beberapa kerajaan, memecah belah kelompok atau golongan, serta memecah belah antara orang yang bersaing A Pengertian Politik Adu Domba. Politik adu domba (divide et impera) atau politik pecah belah adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan. Politik pecah belah juga berarti mencegah KrisisBBM di antara Subsidi dan Dilema Anggaran, Jurnal Widya Ekonomika, No. 2 Tahun VII Juli Desember 2005, Kopertis Wilayah III, Jakarta Politik Adu Domba. Tahun ini puncak pesta demokrasi itu akan dilaksanakan besok, 9 April 2014, yaitu dengan melakukan pemungutan suara di ratusan ribu tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di Melakukanpolitik devide et impera atau politik adu domba untuk memecah belah dan menguasai kerajaan - kerajaan di Indonesia. Kebijakan VOC Belanda berikutnya di bidang militer yaitu ketika Daendels membangun jalan raya Anyer Panarukan sebagai sarana lalu lintas bagi pertanian dan perekonomian. Jumlah pasukan angkatan perang juga ditambah Belandapernah melakukan politik adu domba di nusantara, yaitu antara A. Indonesia dan Portugis. B. bangsa Indonesia diperintahkan melakukan romusa yang berarti A. Pajak bumi . B. Belanda membunuh Sultan Hairun. B. Belanda tidak mematuhi hukum Tawan Karang. C. Belanda mengadu domba Kaum Adat dan Kaum Padri. D. Belanda memasang Sebab faktanya politik adu domba masih digunakan olehkelompok tertentu. Kembali ke sejarah, jauh sebelum Indonesia merdeka. Negara Indonesia adalah negera heterogen dengan bermacam adat budaya, agama, suku dan ras. Inilah yang memudahkan Belanda melakukan politik adu domba atau devide et impera. Politikadu domba telah terkenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Bangsa penjajah saat itu menamakannya sebagai devide et impera. Ini adalah sebuah strategi yang digunakan oleh pemerintah penjajahan Belanda untuk kepentingan politik, militer dan ekonomi. Politik adu domba digunakan untuk mempertahankan kekuasaan dan pengaruh penjajahan Belanda di Indonesia. . - Tujuan kedatangan bangsa Eropa, termasuk Belanda, ke Indonesia pada mulanya adalah untuk mencari rempah-rempah. Dalam perkembangannya, Belanda menjadi serakah dan berhasil menguasai rempah-rempah serta kekayaan alam Indonesia lainnya. Beberapa kekayaan alam yang dimonopoli Belanda melalui kongsi dagang VOC adalah lada dari Banten dan Aceh, beras dari Mataram, dan kopi melaksanakan monopoli perdagangan, VOC diketahui suka ikut campur dalam urusan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan mengadu domba. Mengapa VOC ikut campur dalam kerajaan-kerajaan di Indonesia dan mengadu domba?Tujuan adu domba VOC Selama abad ke-17 dan 18, perdagangan di Batavia dan beberapa wilayah di Nusantara dikuasai secara langsung oleh VOC. Namun, di luar daerah-daerah tersebut, kerajaan-kerajaan Indonesia tetap hidup sebagai kerajaan berdaulat dan memegang kendali atas pangkalan-pangkalan dan rute-rute perdagangan. Dalam persaingan dan perebutan kekuasaan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, baik melalui diplomasi ataupun peperangan, VOC akhirnya berhasil memaksakan perjanjian-perjanjian terhadap raja-raja di Indonesia. Tujuan VOC terlibat dalam urusan internal kerajaan-kerajaan di Nusantara adalah VOC ingin memecah belah kekuasaan kerajaan-kerajaan pribumi. Hal ini dilakukan karena kekuatan VOC hanya terbatas, dibandingkan dengan wilayah kekuasaannya di Nusantara yang sangat luas. - Tujuan kedatangan bangsa Eropa, termasuk Belanda, ke Indonesia pada mulanya adalah untuk mencari rempah-rempah. Dalam perkembangannya, Belanda menjadi serakah dan berhasil menguasai rempah-rempah serta kekayaan alam Indonesia lainnya. Beberapa kekayaan alam yang dimonopoli Belanda melalui kongsi dagang VOC adalah lada dari Banten dan Aceh, beras dari Mataram, dan kopi melaksanakan monopoli perdagangan, VOC diketahui suka ikut campur dalam urusan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan mengadu domba. Mengapa VOC ikut campur dalam kerajaan-kerajaan di Indonesia dan mengadu domba? Tujuan adu domba VOC Selama abad ke-17 dan 18, perdagangan di Batavia dan beberapa wilayah di Nusantara dikuasai secara langsung oleh VOC. Namun, di luar daerah-daerah tersebut, kerajaan-kerajaan Indonesia tetap hidup sebagai kerajaan berdaulat dan memegang kendali atas pangkalan-pangkalan dan rute-rute perdagangan. Dalam persaingan dan perebutan kekuasaan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, baik melalui diplomasi ataupun peperangan, VOC akhirnya berhasil memaksakan perjanjian-perjanjian terhadap raja-raja di Indonesia. Tujuan VOC terlibat dalam urusan internal kerajaan-kerajaan di Nusantara adalah VOC ingin memecah belah kekuasaan kerajaan-kerajaan pribumi. Hal ini dilakukan karena kekuatan VOC hanya terbatas, dibandingkan dengan wilayah kekuasaannya di Nusantara yang sangat luas. Dengan begitu, ancaman dari kerajaan-kerajaan yang menjadi pesaing dan belum ditaklukkan oleh VOC dapat perjanjian itu, VOC tidak hanya menuntut hak-hak monopoli perdagangan dan kekuasaan pemerintahan, tetapi juga melakukan intervensi dalam masalah internal kerajaan, seperti contohnya pada pergantian takhta kerajaan. Melalui kontrak-kontrak politik seperti ini, akhirnya raja-raja di Indonesia kehilangan kedaulatannya. Baca juga Devide et Impera Asal-usul dan Upaya-upayanya di Nusantara Strategi devide et impera Kekuatan VOC di Nusantara memang terbatas, tetapi kemampuannya dalam melihat situasi politik pada kerajaan-kerajaan lokal sangat luar biasa. Ketika mengendus adanya konflik dalam kerajaan atau antarkerajaan, VOC biasanya akan berperan sebagai juru damai atau memihak pada salah satunya. VOC kemudian menjalankan strategi andalannya, yakni melakukan devide et impera atau politik adu domba. Kerajaan-kerajaan yang terlibat konflik ataupun pihak-pihak dalam sebuah kerajaan yang bertikai akan diadu domba. Strategi devide et impera terbukti berhasil membawa VOC menguasai sejumlah wilayah di Nusantara. Atas 'bantuannya' menyelesaikan konflik kerajaan, VOC mengajukan perjanjian atau bahkan diberi hadiah oleh raja berupa hak penguasaan atas wilayah tertentu. Referensi Sinaga, Rosmaida, Lister Eva Simangunsong, dan Syarifah Syarifah. 2020. Kolonialisme Belanda dan Multikulturalisme Masyarakat Kota Medan. Medan Yayasan Kita Menulis. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hubungan Sunda dan Jawa sebelumnya berlangsung dengan harmonis, bukti keharmonisan hubungan tersebut ialah dengan adanya naskah-naskah kuno diantaranya 1. Kitab Calon Arang, menceritakan hubungan niaga beberapa daerah di Nusantara salah satunya hubungan niaga antara kerajaan Sunda dengan Jawa timur kerajaan Daha atau kerajaan Kediri yang berlangsung dengan baik. 2. Kitab Tanti Panggelaran, kitab yang ditulis dengan bahasa Jawa tengahan yaitu bahasa Jawa yang mengalami transisi dari bahasa Jawa kuno ke bahasa Jawa modern. Kitab ini menceritakan kondisi pulau Jawa dari zaman purba, salah satu bahasan dalam kitab ini mengenai wilayah kerajaan yang berkembang di Jawa barat, gunung-gunung yang di anggap suci di Jawa barat, juga membicarakan budaya Jawa kuno dan Sunda Sejarah Mengenai Perang BubatLatar belakang dari perang Bubat ini menurut kidung Sunda merupakan konflik antara kepentingan Hayam Wuruk yang merupakan salah satu raja di kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada yang merupakan Patih atau penasihat di kerajaan Majapahit. Hayam Wuruk yang tak kunjung menikah pada saat itu mengadakan sayembara dengan mengirimkan utusan ke berbagai kerajaan ke segala penjuru Nusantara. Para utusan tersebut membawa lukisan-lukisan putri raja dari kerajaan yang di datanginya namun tidak ada yang mampu menarik perhatian Hayam Wuruk. Tak lama kemudian Hayam Wuruk mendapat kabar bahwa putri di kerajaan Sunda memiliki paras yang cantik maka Hayam Wuruk mengirim seorang juru lukis ke kerajaan Sunda. Setelah melihat lukisan tersebut Hayam Wuruk tertarik dan ingin menikah dengan putri kerajaan Sunda yang bernama Dyah Pitaloka Raja kerajaan Sunda sangat senang dan setuju dengan pernikahan yang akan berlangsung. Maka datanglah rombongan kerajaan Sunda dengan jumlah sekitar 2000 kapal termasuk kapal-kapal kondisi di Majapahit sedang sibuk mempersiapkan berbagai persiapan untuk menyambut kedatangan calon permaisuri Hayam Wuruk dan rombongannya. 10 hari kemudian sampailah rombongan dari kerajaan Sunda di desa Bubat. Hayam Wuruk beserta kedua pamannya yang merestui hubungan tersebut yaitu raja Kahuripan dan raja Daha bersiap untuk menyambut kedatangan mereka namun hal tersebut di cegah oleh Gajahmada dengan alasan "tidak seyogyanya seorang Maharaja Majapahit menyongsong seorang raja yang berstatus sebagai raja Vasal seperti raja Sunda, ditakutkan ada seorang musuh yang sedang menyamar" karena ucapan Gajahmada tersebut Hayam Wuruk beserta kedua pamannya Menurut dan menunggu di Sunda yang menunggu terlalu lama mengirim utusan ke rumah Patih gajah Mada dan mengancam bahwa rombongan mereka akan bertolak pulang dan mengira bahwa Hayam Wuruk ingkar janji. Namun yang terjadi di sana ternyata pertengkaran karna gajah Mada ingin orang-orang Sunda bersikap selayaknya vasal-vasal Majapahit yang menurut di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit. Hal tersebut di tolak oleh raja kerajaan Sunda yang lebih memilih gugur sebagai seorang ksatria demi membela kehormatan diri dan kerajaan dari pada hidup tetapi dihina oleh orang Majapahit. Maka perang pun tak peperangan tersebut Raja Sunda dan pasukannya tewas terbunuh, adapun istri dan anaknya yaitu Dyah Pitaloka memilih untuk bunuh diri. Hayam Wuruk terpukul atas kejadian tersebut dan meratapinya. Setelah itu Hayam Wuruk menyelenggarakan upacara untuk menyembah yang kan dan mendoakan para prosesi mendoakan arwah selesai, maka kedua pamannya beserta Hayam Wuruk menyalahkan gajah Mada atas terjadinya pristiwa ini. Hayam Wuruk berniat menghukum mati Gajahmada. Maka datanglah kedua paman Hayam Wuruk ke rumah Gajahmada. Namun gajah Mada dengan menggunakan segala perlengkapan nya melakukan yoga samadi dan setelah itu ia moksa menuju Wuruk yang merasa bersalah kepada kerajaan Sunda meminta maaf dan manifestasi permintaan maaf tersebut berupa naskah kidung Sunda. Sejarah kelam diatas menjadi latar belakang kebencian antara Sunda dan Jawa. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya

belanda pernah melakukan politik adu domba di nusantara yaitu antara